Jangan Terbiasa berkata "Jangan".

Jangan.

Kata yang tersusun dari 5 huruf ini sering saya dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dulu, waktu kecil saya sangat nakal. Pernah saya ingin memanjat pohon mangga di halaman rumah, saya dilarang mama agar sebaiknya tidak usah saja, karena takut saya terjatuh. Memang dasarnya kepala batu, saya tidak mengindahkan larangan mama dan tetap memanjat pohon. Mama berteriak dari dalam rumah "aduh jangan naik e, nanti kau jatuh". Tetap saya naik terus.

Alhasil, saya salah menginjak dahan. Ternyata dahan pohonnya tidak kuat alias rapuh dan kering. Saya pun terjatuh. Blekk. Bunyi seperti buah kelapa jatuh ke tanah. Untung bukan punggung atau pinggang atau dada saya yang terpukul, melainkan bokong saya. Biarlah. Hanya sedikit tergores di tangan. Sakit bukan main rasanya. Uuhhh menjengkelkan. Mama hanya menertawakan dari dalam.

Hari demi hari pun berlalu. Pernah saya menipu guru saya ketika ingin membolos sekolah. Malas saja kalau tidak ada guru yang masuk memberikan les kepada kami. Lantas, saya pun melapor kepada pos satpam. Saya mengatakan kepada Om Satpam kalau saya sedang sakit pilek dan badan meriang. Om Satpam percaya dan memperbolehkan saya pulang. Teman sebangku saya tidak mengijinkan saya pulang lebih dahulu, alasannya karena ia tidak ada teman bermain lima dasar pancasila. Saya disuruhnya agar jangan menipu dengan mengatakan sakit. Nanti sakit betulan. Alaahh, sembarangan.
Yuhuuuuu melompat rianglah saya karena bisa pulang cepat. Play Station sudah menunggu saya di rumah. Hehehe.

Dua hari kemudian, apa yang terjadi?. Saya menderita pilek dan demam keras. Saya berpikir, ternyata kemarin itu saya berbohong kepada Om Satpam. Benar juga saran teman sebangku saya yang menyuruh tidak boleh berkata bohong. Kalau bohong tentang sakit ya nanti dapat sakit betulan. Dan itu pun benar terjadi pada saya.
Tiga hari kemudian, pilek dan demam saya sembuh. Saya pun bertobat agar tidak berbohong lagi. Terlebih tentang sakit.

Ada lagi nih. Saya pernah juga mendengar ibu-ibu memarahi anaknya yang nakal. Misalnya, ketika lagi menyuapi anaknya makanan sambil berjalan-berjalan keliling halaman rumah. Anaknya suka berlarian kalau makan. Suatu waktu, sang ibu ingin menyuapi nasi, yah tinggal dua kali suapan lagi habis sudah makanan di piring. Akan tetapi, anak ini malah tambah lari. Sang ibu semakin gemas sambil berkata "heiii jangan lari-lari, nanti jatuh e". Dalam hitungan menit, brrukkk. Si anak pun menangis karena terantuk batu besar. Syukurlah tidak apa-apa.

Nah sungguh besar pengaruh dari kata " jangan" ini. Karena pikir saya, kata ini mempunyai makna negatif. Ketika anda menggunakannya, maka akan berimbas pada hal-hal negatif yang sebenarnya ingin dihindari tapi malah terjadi. Seperti contoh kecil di atas, kejadian anak yang terjatuh akibat terantuk batu. Sebaiknya sang ibu harusnya mengatakan kepada anaknya agar berhati-hati. Sehingga si anak akan lebih berhati-hati. Anak akan merekam dan mengingat kata-kata terakhir dari ibunya. Hati-hati. Maka ia pun akan berhati-hati.

"Hati-hati" akan lebih baik maknanya, ketimbang kata "jangan".
Kata " jangan" ini jika diikuti kata bermakna negatif di belakangnya, maka akan membawa akibat buruk juga. Biasakanlah menggunakan kalimat posistif. For examples:
1. "Jangan lari-lari". Kalimat positifnya: "pelan-pelan saja ya jalannya".
2. "Jangan teriak-teriak". Kalimat positifnya: "eh, pelan-pelan saja ya bicaranya".
3. "Jangan dibuang". Kalimat positifnya: "disimpan saja, yuk".
4. "Jangan loncat-loncat". Kalimat positifnya: "ayo duduk manis".
5. "Jangan kikir". Kalimat positifnya: " bagi-bagi ya".
6. "Jangan memukul". Kalimat positifnya : "harus saling sayang-menyayangi ya". 

Dan masih banyak contoh lainnya.
Pesan saya, selalu biasakan berkalimat positif. Tidak boleh berkata " jangan". Terlebih kepada anak-anak. Mereka akan merekam dan mengikuti perintah kita sesuai kata belakang yang mereka dengar. Disuruh jangan memukul. Maka mereka pun akan memukul. Karena mereka mendengar kata belakang yaitu memukul. Dan mereka akan melakukannya.
Sekali lagi biasakankah kalimat positif terutama pada anak-anak. Ajarlah mereka dengan baik, ketika sudah berkeluarga nanti.

Ingat, ibu yang cerdas akan mengajatkan hal-hal cerdas pada anaknya dan itu akan mempengaruhi otak mereka. Tidak selamanya mereka mengonsumsi susu formula, maka otak mereka pun tumpul seperti otak sapi. Tetapi ajaran cerdas orang tualah yang membuat mereka cerdas pada masa mendatang.

Ingat!!! Jangan berkata jangan, melainkan biasakan kalimat positif.



Namastey.

Komentar

  1. wah hehheehe ole nara kwkwkwk

    tengok

    Hari demi hari pun berlalu. Pernah saya menipu guru saya ketika ingin membolos sekolah. Malas saja kalau tidak ada guru yang masuk memberikan les kepada kami. Lantas, saya pun melapor kepada pos satpam. Saya mengatakan kepada Om Satpam kalau saya sedang sakit pilek dan badan meriang. Om Satpam percaya dan memperbolehkan saya pulang.

    tidak bisa komen lae kwkwk,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah kenakalan dulu waktu SMA di Mof kaka...
      Langganan terlambat nih kah..
      Satpam stres terus, tukang bolos. Heiii sudah tidak bisa diomong lagi. Kebanyakan orang bilang saya ini cocok jadi laki-laki saja. Hehehe

      Hapus
    2. Adu MOF hanya numpang nama belakang saja... Kangen MOF..

      Ampun ade, untuk pak Satpam bisa dikompromi, ade tidak sogok Satpam kan kwkkww?..

      Hanya bercanda saja ade, tetap semangat ya..

      Hapus

Posting Komentar